Bahasa Asing di RSBI Tidak Efektif

Bahasa Asing di RSBI Tidak Efektif \" Guru Berkemampuan Bahasa Inggris Minim \"

BANGKOK, KOMPAS � Bahasa asing sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah yang berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional di Indonesia berjalan tidak efektif. Ini disebabkan tidak ada standar pengajaran yang jelas sehingga metode pengajaran bahasa asing setiap guru berbeda.
Hal itu dikemukakan Head of English Development British Council Danny Whitehead yang memaparkan hasil penelitian Stephen Bax dari University of Bedfordshire, Inggris, di konferensi internasional "Language, Education, and Millenium Development Goals (MDGs)", Kamis (11/11) di Bangkok, Thailand.
"Setiap guru di satu sekolah yang sama bisa saja metode pengajaran dengan bahasa Inggrisnya berbeda-beda. Ini disebabkan tidak ada panduan dan standar pengajaran yang jelas," ungkap Whitehead.
Hasil penelitian itu juga menyebutkan, penggunaan bahasa asing tidak efektif karena jumlah guru yang memiliki kemampuan mengajar dalam bahasa Inggris kurang dari 25 persen. Mayoritas guru hanya sekadar bisa berbicara dalam bahasa Inggris.
"Mahir bicara dalarn bahasa Inggris dan mampu mengajar dalam bahasa Inggris jelas dua hal yang berbeda. Guru harus dilatih secara khusus untuk bisa meng�ajar dengan bahasa Inggris," kata Whitehead.
Tak harus RSBI
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, kata Whitehead, tidak perlu melalui pendirian rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI). Justru akan lebih efektif jika pemerintah memusatkan perhatian pada metode dan proses pengajaran, baik di RSBI maupun non-RSBI. Bahkan, RSBI sebenarnya bisa mengembangkan kurikulumnya sendiri dengan tetap berdasarkan kurikulum nasional dan tidak perlu mengambil mentah-mentah dari negara lain. "Jangan justru mendahulukan keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh," kata Whitehead.
Hal senada diutarakan konsultan pendidikan di British Council Indonesia, Hywel Coleman. Ia mengaku khawatir RSBI justru menciptakan diskriminasi pendidikan yang semakin lebar. Apalagi kurikulum RSBI sebagian diambil dari sekolah luar negeri.
"Biaya pendidikan di RSBI se-benarnya bisa murah jika kurikulum yang digunakan kurikulum buatan sendiri," kata Coleman.
Ia khawatir akan banyak anak yang tidak bisa menikmati pendidikan berkualitas baik, seperti di Pakistan dan Thailand.
Karena sudah telanjur harus ada sesuai undang-undang, Whitehead dan Coleman menyarankan agar pemerintah mengawasi dan mengevaluasi RSBI, terutama efektivitas dalam pengajaran menggunakan bahasa Inggris.
"Sampai saat ini belum ada evaluasi menyeluruh dari peme-rintah tentang RSBI," kata Whitehead. (LUK)
*Sumber : Koran kompas , Jumat, 12 November 2010, Hal 12

BUKU PEDOMAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DAN PENGUKURAN BERBASIS KEGIATAN

Bila kita perhatikan Standar Isi (Permen 22/2006) yang kemudian menjadi KTSP, khususnya di sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), kita dapat menyimpulkan bahwa Geometri dan Pengukuran adalah bagian penting dari Kurikulum Matematika SD. Mengapa?
Geometri adalah disiplin ilmu yang aplikasinya berada setiap tempat dan sepanjang waktu.  Setiap lapisan masyarakat dari seorang petani di pedesaan hingga eksekutif muda perusahaan multi nasional di kota metropolitan. Melihat pentingnya Geometri, tidak heran seorang matematikawan kuno (Thales) pernah mengatakan bahwa “Tuhan menciptakan umatnya berdasarkan Geometri.”
Sementara itu, Pengukuran merupakan topik di sekolah dasar (SD) yang paling banyak aplikasinya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk mempelajari dan mendukung disiplin ilmu lainnya. Kegunaan praktis inilah yang menjadi salah satu alasan utama dimasukkannya pengukuran dalam kurikulum di SD.
Besarnya peran dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari dan mendukung disiplin lain tidak menjamin keduanya mendapat perhatian istimewa. Memang benar, Geometri dan Pengukuran adalah bagian integral dari Kurikulum matematika di SD. Tetapi bila yang menjadi fokusnya adalah bagaimana membelajarkan Geometri dan Pengukuran khususnya di SD cenderung diabaikan. Salah satu indikator pengabaian ini adalah kurangnya referensi mengenai pembelajarannya. Coba anda ke koto-toko buku seperti Gramedia, Sosial Agency Baru dan lainnya, anda akan menyadari betapa Rerefensi yang ada cenderung hanya untuk menjawab apa itu Geometri dan Pengukuran, bukan bagaimana membelajarkannya dan atau menggunakannya baik secara formal, informal atau intuitif.  Akibatnya, pembelajaran dua disiplin ini cenderung “seadanya.”
Akibatnya, banyak sekolah dan atau guru yang mencari sumber untuk pembelajaran Pengukuran dan Geometri mengalami kesulitan. Kesulitan pertama, seperti dikatakan tadi tidak tersedia referensi yang dapat diandalkan, dalam arti dapat menuntun terciptanya pembelajarn yang kontekstual (CTL), menyenangkan (joyful learning) dan bermakna (meaningful). Kesulitan kedua adalah minimnya dana yang dapat menunjang terciptanya pembelajaran seperti dikatakan tadi.
Kesulitan tersebut saat ini mulai terasa teratasi.  Untuk hambatan pertama, telah tersedia sebuah buku Pedoman Pembelajaran Geometri dan Pengukuran Berbasis Kegiatan- untuk Guru Sekolah Dasar karya Idris Harta, M.A, Ph. D. Hambatan kedua, adalah dana.  Saat ini telah tersedia berbagai jenis dana seperti Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).  Dengan dana ini pihak sekolah dapat mengadakan referensi yang dapat mempedomani guru untuk terciptanya pembelajaran yang mendidik sehingga berdampak positif terhadap hasil belajar, khususnya matematika.
Pedoman Pembelajaran Geometri dan Pengukuran Berbasis Kegiatan- untuk Guru Sekolah Dasar ini bertujuan untuk mengatasi kekurangan sumber tentang bagaimana memfasilitasi pembelajaran Geometri dan Pengukuran di SD. Dengan kata lain, buku ini bukan buku teks, tetapi buku pedoman bagi guru SD untuk memberi peserta didiknya pengalaman belajar Geometri dan  Pengukuran yang bermakna dan berarti.
Supaya tujuan ini tercapai secara maksimal,  penyajian buku pedoman ini dimulai dengan mencoba memahami bagaimana peserta didik belajar matematika secara umum dan geometri dan pengukuran secara khusus. Upaya pemahaman ini disajikan dalam Bab 1 Bagaimana Peserta Didik Belajar Matematika.
Bab selanjutnya, Bab 2 Geometri Datar dan Ruang, membahas berbagai atribut yang berhubungan dengan bangun ruang dan bangun datar.  Tidak hanya itu, bab ini memfasilitasi hubungan bangun berdimensi-tiga dan bangun berdimensi-dua dan bagaimana membelajarkannya.
Bab terakhir, Bab 3 berhubungan dengan Pengukuran dan pembelajarannya.   Bab ini berisi berbagai cara untuk mengembangkan ide-ide pra pengukuran dengan mengamati secara langsung dan tidak langsung.  Dengan demikian, pembelajaran pengukuran menyediakan kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, dan memotivasi.
Sesuai dengan judulnya, buku ini adalah pedoman pembelajaran. Karena itu, buku ini berorientasi pada kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk memahami materi Geometri dan Pengukuran. Dengan kata lain, buku ini merupakan media untuk terjadinya pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, bukan pada guru. Untuk itu, disediakan dua jenis kartu, yaitu: Kartu Kegiatan dan Kartu Pelajaran.
Kartu Kegiatan. Kartu ini berjumlah puluhan dan berisi kegiatan yang akan dilakukan peserta didik dalam belajar suatu topik.
Kartu Pelajaran. Kartu ini berisi pedoman untuk guru untuk melaksanakan kegiatan untuk pserta didiknya. Dengan kartu ini kelas akan menjadi lebih sistematis dengan hasil jauh melebihi dari apa yang diharapkan.
Adapun spesifikasi buku adalah:
Pedoman Pembelajaran Geometri dan Pengukuran
Judul: Pedoman Pembelajaran Geometri dan Pengukuran Berbasis Kegiatan di Sekolah Dasar
Penulis:  Idris Harta, M.A., Ph. D
ISBN: 978-602-9112-08-5
Cetakan I: April 2011
Ukuran: A4
Halaman: 140
Kertas: HVS 70gr
Harga: Rp40.000,00 (empat puluh ribu rupiah + Ongkos kirim)
Rek: 
Hubungi:
Email:             jedirsbi@gmail.com
HP/SMS: 081 904 00 55 11




SMP RSBI MANA YANG AKAN LULUS MENJADI SBI?

Berita belum resmi yang kami peroleh, dalam waktu dekat akan diadakan penilaian terhadap sekitar 300-an SMP RSBI untuk menjadi RSBI.

Sekolah manakah yang akan meningkat statusnya?

Apakah yang harus dilakukan SMP RSBI? Just Do the BEST. That's ALL.

PERINGKAT SEKOLAH RSBI SE INDONESIA


Penilaian TOEIC

JAKARTA
- Untuk mengetahui kemampuan berbahasa asing para pendidik di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) me-ranking nilai Test of English for International Communication (TOEIC) para guru di sekolah-sekolah tersebut. Hasilnya, belum sepenuhnya memuaskan. Sebab, dari ratusan RSBI di Indonesia baik SMP, SMA, maupun SMK, hanya segelintir sekolah yang nilainya memuaskan.
          Depdiknas me-ranking 20 besar sekolah dengan nilai rata-rata terbaik. Sekolah-sekolah itu para gurunya rata-rata bisa meraih nilai TOEIC antara 362 hingga 510. Sepuluh besar sekolah dengan nilai rata-rata TOEIC terbaik adalah SMA Sutomo 1 Medan, SMA Kusuma Bangsa Palembang, SMAS Lazuardi Depok, Islamic Boarding School, SMKN 2 Bukittingi, SMA Lab School Jakarta, SMA Cakra Buana, SMAS 4 Denpasar, SMPN 1 Mojokerto, dan SMPN 1 Bengkulu (lengkap lihat grafis)
    Secara garis besar, para guru yang mempunyai nilai TOEIC kurang dari 245 atau nilai paling rendah ada 6.607 orang. Terbanyak di antara kategori nilai lainnya. Artinya, cukup banyak guru yang nilai TOEIC-nya kurang memuaskan. Sedangkan, yang memiliki nilai 300-345 ada 1.410 guru, nilai 350-395 ada 851 guru, 400-445 ada 629 orang guru, 450-495 ada 398 guru. Nilai tertinggi berhasil dikantongi 10 guru dengan mendulang 900-945 poin.
          Direktur Pembinaan SMA Ditjen Mandikdasmen Sungkowo mengatakan, pihaknya berupaya memetakan kualitas sekolah yang ditunjuk sebagai RSBI. Salah satunya dengan mengukur kemampuan berbahasa Inggris mereka. “Meski bahasa Inggris bukan satu-satunya indikator sekolah disebut bertaraf internasional, namun itu sangat penting. Bagaimana mungkin sekolah menuju berstandar internasional jika guru-gurunya tak mahir berbahasa asing,” ungkapnya.
    Karena itu, pelatihan dan tes bahasa Inggris terus dilakukan pihaknya. Paling tidak, untuk guru pengajar MIPA harus menguasai bahasa Inggris. Sungkowo mengakui, tak mudah memang menggenjot kualitas berbahasa asing para guru tersebut. Kendati demikian, penguasaan bahasa asing menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki sekolah yang menjadi pilot project RSBI.
    Dirjen Mandikdasmen Suyanto sebelumnya mengatakan, salah satu peningkatan mutu pendidikan dengan menggenjot program RSBI. Diharapkan dalam kurun waktu lima tahun, sekolah rintisan itu bisa berubah status menjadi berstandar internasional. Pada 2014, diharapkan tiap kabupaten/kota memiliki satu RSBI.
    Karena itu, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Baedhowi mengatakan, pihaknya akan memberi beasiswa para guru RSBI. Yakni, dengan menyekolahkan mereka untuk meraih gelar S2. Tahun ini, program pendidikan S2 untuk mereka akan dimulai. Targetnya, semua guru RSBI harus menyandang S2.(kit)


Ranking Rintisan SBI dengan Nilai TOEIC Terbaik di Indonesia
---------------------------------------------
Sekolah                         Nilai TOEIC
1. SMA Sutomo 1 Medan                    510
2. SMA Kusuma Bangsa, Palembang        468
3. SMAS Lazuardi                        458
4. Islamic Boarding School            448
5. SMKN 2 Bukitinggi                    445
6. SMA Lab School Jakarta            418
7. SMA Cakra Buana,                    418
8. SMAS 4 Denpasar                414
9. SMPN 1 Mojokerto                398
10. SMPN 1 Bengkulu            387

Sumber: Ditjen PMPTK

CTL: Perpangkatan dan Pengakaran

Peraturan Mendiknas (Permen) No 22 tahun 2006 tentang Standar ISI jelas menyatakan BAHWA SETIAP KONSEP MATEMATIKA HARUS DIKENALKAN SECARA KONTEKSTUAL.


Berikut adalah contoh pengenalan Konsep PERPANGKATAN DAN PENGAKARAN secara kontekstual.  SILAHKAN KLIK DI SINI. Kegiatan ini dapat digunakan di SMP dan SMA kelas reguler dan kelas RSBI.

Selamat bekerja.

Pat Gulipat RSBI

JAKARTA, KOMPAS.com — Kualitas guru di sekolah berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) sebenarnya banyak  ...........................

Berita ini berisi kritik terhadap program SD SMP SMA SMK RSBI, khususnya tentang kualitas guru.  Apakah ini berarti program ini harus dihentikan?

Menentukan Luas Permukaan Bola Kaki

Menghitung luas permukaan bangun bola adalah kegiatan rutin di sekolah.  Perhitungan ini biasanya dilakukan untuk soal yang ukuran jari-jari bola tersebut diberikan atau diketahui.  Bila ini dilakukan, kegiatan ini hanya sekedar menyelesaikan soal, bukan DO MATH.

Berikut ini contoh kegiatan MENENTUKAN LUAS PERMUKAAN SUATU BOLA KAKI TANPA DIBERIKAN UKURAN JARI-JARI BOLA TERSEBUTKegiatan ini cocok untuk SMP/SMA kelas reguler dan juga kelas RSBI.

SILAHKAN KLIK DISINI.

Sekamat bekerja.